Pertanyaan pertama yang terbesit di benak saya, mengapa?
Pantauan POSMETRO di lapangan, rata-rata penumpang lebih memilih menaiki Angkot dengan musik keren dan diimbangi sound system yang tak kalah sangar bak diskotik. Dentuman bass dari subwoofer yang berkekuatan ratusan watt semakin menarik penumpang untuk berhamburan menaiki Angkot-angkot dengan tampilan lebih ‘jreng’. Rata-rata, para pelajar hingga penumpang umum lebih memilih Angkot yang ‘tacelak’ untuk bepergian.( POSMETRO PADANG. Com)
Mulai dari penggunaan knalpot racing, air brush yang menghiasi body mobil, velg racing, menjadi pernak-pernik sarana transportasi umum ini. Dari segi interior mobil, jok kulit bermerek recaro yang terpasang di bangku depan dan sound system ratusan watt yang terpasang di dalamnya, memberikan corak untuk terhadap Angkot Tak hanya itu, beberapa Angkot bahkan memasang display serta layar monitor untuk melengkapi sistem audionya. Pemasangan wing belakang yang diperkuat balutan plang ceper mengelilingi body, menyiratkan Angkot-angkot tersebut layaknya mobil sport yang siap memulai balapan. Teman saya mengatakan, “angkot busuk tanpa musik akan didiamkan oleh calon penumpang”. Hal tersebut merupakan investasi demi menggaet penumpang meskipun langkah demikian termasuk langkah berani.
Hal itu menjadi jawaban atas pertanyaan saya tadi..
Gambar tersebut merupakan pemandangan biasa di ibu kota Sumatera Barat tersebut. Padahal, daerah yang mengaku sebagai megapolitan, yaitu Jakarta, hanya memperlihatkan kondisi kendaraan umum yang tidak terawat. Orang yang baru datang ke Padang pasti terheran-heran melihat modisnya angkutan umum di kota Padang. Sudah banyak TV swasta nasional yang meliput fenomena ini, di luar mereka dipuji, dikagumi dan mencengangkan semua orang. Tapi di dalam mereka mempunyai musuh perda, yaitu surat edaran Dishub Padang yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 Mei 2009 mengenai penertiban angkutan umum aksesoris berlebihan.
Referensi : http://www.posmetropadang.com